Kata orang (entah siapa), hidup itu mengalir aja. Kata orang yang lain lagi (entah siapa juga), hanya ikan mati yang mengikuti arus sungai. Saya tipe orang kedua, kecuali untuk hari ini.
Actually, keputusan ini bukan dadakan. Sudah ada issue sejak awal tahun. Saya harus pindah ke kantor cabang. Alasannya?
1. Secara profesional, bos saya membutuhkan orang - orang untuk membangun kerajaan bisnisnya di tempat lain.
2. Dibuang secara tidak langsung atau mungkin disingkirkan secara halus oleh beberapa oknum.
Well, saya tidak peduli dengan alasan sebenarnya. Seperti seorang teman pernah berceramah : dalam hidup selalu akan ada like dan dislike, tidak peduli seberapa sempurna kita menyelesaikan tanggungjawab. Bagi saya, ini adalah tantangan. Setelah melewati proses satu bulan lebih untuk membuat produk dan harus rela jarang menyaksikan romantisnya matahari di ufuk barat. Setelah melalui banyaknya teori - teori ala cenayang dan segala aspek perdukunan. I wish that every magazine, newspaper and all media mass will be bankrupt if they still contain divination and horoscope. Bukan sok religius, (really I don't care about it) tapi artikel - artikel tersebut sempat membuat saya naik pitam.
"Pak, jadi kapan kita pindah?"
"Tanggal 15 Maret ya." Kata bos.
Di lain hari bos menghampiri saya dengan wajah kusut. Mungkin setrikaan di rumah rusak.
"Kita pindah tanggal 12 Maret ya, soalnya saya mau pasang iklan di tanggal 11 Maret." Beliau merapikan koran di depan saya.
"Oh oke Pak." Dalam hati udah girang. Ralat, senang (pemakaian girang jadi identik dengan kisah tante - tante dan para berondongnya).
Pada hari H, 12 Maret 2014, hujan deras mengguyur Jakarta sejak pagi buta. Ya, kita berharap pagi buta bukan karena cinta. Mata saya masih kriyip - kriyip, kasur masih posesif, guling masih merengek - rengek dan selimut masih ngambek tidak mau ditinggal. Di luar sana petir berteriak - teriak mengeluarkan amarah, sementara mendung menggelayut mesra di lengan langit. Di antara semua hubungan yang tidak sehat tersebut, ada sms masuk.
Hujan deras. Kita pindahnya besok aja. Thanks. Sms dari bos tercinta.
Setibanya di kantor, saya mendapatkan fakta menyakitkan, kelanjutan dari sms tadi. Ceritanya, bos (lagi - lagi) berdiri di depan saya dengan tampang super kusut.
"Kita pindahnya besok ya." Kata bos sambil memilah - milah majalah. Saya mengangguk.
"Kantor baru belum siap." Saya diam, masih fokus me-reply email.
"Lagian hujan deras." Bos masih terus mengutarakan alasan. Iya juga sih, hujan sederas ini agak repot juga kalau harus pindahan.
"Terus tadi pagi aku baca di koran katanya hari ini nggak bagus buat pindahan." Beliau berkata pelan. Saya bengong. Berusaha mencerna kalimat beliau.
Hari ini nggak bagus buat pindahan? What??? Seketika saya merasakan darah mendidih. Jadi nasib saya ditentukan oleh ramalan koran??? Ramalan !!! How funny this life ! It's very hurt.
"Jadi kita pindah besok ya." Beliau mengulang lagi keputusan sepihaknya. Dalam hati, 'Iya Pak, kalau nggak hujan, kalau isi ramalan koran nggak ngelarang besok pindahan'.
Setelah melewati cerita kecil seperti ramalan tadi atau kambuhnya penyakit alergi, yang konon katanya secara medis timbul karena kecapekan sehingga imun tubuh drop. Setelah bermacam - macam hal yang terlalu panjang untuk ditulis di sini. Akhirnya, saya pindah juga.
Terlepas dari mitos - mitos yang berseliweran beberapa hari yang lalu, saya senang karena alam memberikan sinkronisasinya. Today is March 13. Tiga belas. Angka yang dianggap orang - orang sebagai angka sial, tapi tidak bagi saya. Ah sudahlah, ini menjadi keberuntungan kecil bagi saya.
Beberapa menit sebelum meninggalkan meja kerja, semua memori selama 6 tahun menguar. Bermunculan seperti bintik - bintik alergi. Saya masih ingat pertama kali masuk ke kantor ini. No hard feeling dan merasa salah jalur. Saya masih ingat bahwa butuh adaptasi bertahun - tahun untuk bisa pup dengan rileks di kantor (it was really hard to do). Pergantian karyawan yang penuh drama. Kasus pencurian kantor selama 2 x yang membuat saya sempat menjadi no maden karena parno. Many things.
"Sudah siap pindah?" Pertanyaan bos membuyarkan lamunan saya pagi ini. Saya hanya menatap beliau. Bingung.
Entah kenapa, saya...ishhh...oke, saya merindukan kehadiran sahabat saya. Insiden pindah kerja ini mengusik sisi melankolis saya. Banyak hal yang mau saya bagi bersamanya. Hanya saja, saya sadar bahwa persahabatan kami juga mengalami titik perpindahan. Ya, di bulan yang sama, saya mendapat kabar bahwa dia akan memulai 'level kehidupan yang baru'. Sounds like weird momment.
Setelah menimang - nimang ponsel beberapa lama, jari - jari bergerak dan mengalir. Mengirimkan sebuah surel untuk sahabat saya. 'Ah, apa kabarmu di luar sana'.
"Andaikan kita harus pergi karena orang tak senang, kita pergi dengan kebenaran.
Doakan saya, semoga pilihan saya untuk pindah adalah keputusan yg benar dan tepat. Doakan saya, semoga dengan adanya orang2 yg tidak senang dengan saya, tidak mempengaruhi kinerja saya.
FYI, I already move since today :)"
Send. Saya mematikan ponsel. Tidak terlalu berharap dia akan membalasnya seketika. It's already 10.12 pm.
Hari ini saya memilih untuk mengalir. Biarlah aliran ini membawa saya kepada muara rencanaNYA.
Readers, kabar baiknya, Anda tidak perlu menjadi ikan mati untuk mengikuti arus :)
@Cezza13
Actually, keputusan ini bukan dadakan. Sudah ada issue sejak awal tahun. Saya harus pindah ke kantor cabang. Alasannya?
1. Secara profesional, bos saya membutuhkan orang - orang untuk membangun kerajaan bisnisnya di tempat lain.
2. Dibuang secara tidak langsung atau mungkin disingkirkan secara halus oleh beberapa oknum.
Well, saya tidak peduli dengan alasan sebenarnya. Seperti seorang teman pernah berceramah : dalam hidup selalu akan ada like dan dislike, tidak peduli seberapa sempurna kita menyelesaikan tanggungjawab. Bagi saya, ini adalah tantangan. Setelah melewati proses satu bulan lebih untuk membuat produk dan harus rela jarang menyaksikan romantisnya matahari di ufuk barat. Setelah melalui banyaknya teori - teori ala cenayang dan segala aspek perdukunan. I wish that every magazine, newspaper and all media mass will be bankrupt if they still contain divination and horoscope. Bukan sok religius, (really I don't care about it) tapi artikel - artikel tersebut sempat membuat saya naik pitam.
"Pak, jadi kapan kita pindah?"
"Tanggal 15 Maret ya." Kata bos.
Di lain hari bos menghampiri saya dengan wajah kusut. Mungkin setrikaan di rumah rusak.
"Kita pindah tanggal 12 Maret ya, soalnya saya mau pasang iklan di tanggal 11 Maret." Beliau merapikan koran di depan saya.
"Oh oke Pak." Dalam hati udah girang. Ralat, senang (pemakaian girang jadi identik dengan kisah tante - tante dan para berondongnya).
Pada hari H, 12 Maret 2014, hujan deras mengguyur Jakarta sejak pagi buta. Ya, kita berharap pagi buta bukan karena cinta. Mata saya masih kriyip - kriyip, kasur masih posesif, guling masih merengek - rengek dan selimut masih ngambek tidak mau ditinggal. Di luar sana petir berteriak - teriak mengeluarkan amarah, sementara mendung menggelayut mesra di lengan langit. Di antara semua hubungan yang tidak sehat tersebut, ada sms masuk.
Hujan deras. Kita pindahnya besok aja. Thanks. Sms dari bos tercinta.
Setibanya di kantor, saya mendapatkan fakta menyakitkan, kelanjutan dari sms tadi. Ceritanya, bos (lagi - lagi) berdiri di depan saya dengan tampang super kusut.
"Kita pindahnya besok ya." Kata bos sambil memilah - milah majalah. Saya mengangguk.
"Kantor baru belum siap." Saya diam, masih fokus me-reply email.
"Lagian hujan deras." Bos masih terus mengutarakan alasan. Iya juga sih, hujan sederas ini agak repot juga kalau harus pindahan.
"Terus tadi pagi aku baca di koran katanya hari ini nggak bagus buat pindahan." Beliau berkata pelan. Saya bengong. Berusaha mencerna kalimat beliau.
Hari ini nggak bagus buat pindahan? What??? Seketika saya merasakan darah mendidih. Jadi nasib saya ditentukan oleh ramalan koran??? Ramalan !!! How funny this life ! It's very hurt.
"Jadi kita pindah besok ya." Beliau mengulang lagi keputusan sepihaknya. Dalam hati, 'Iya Pak, kalau nggak hujan, kalau isi ramalan koran nggak ngelarang besok pindahan'.
Setelah melewati cerita kecil seperti ramalan tadi atau kambuhnya penyakit alergi, yang konon katanya secara medis timbul karena kecapekan sehingga imun tubuh drop. Setelah bermacam - macam hal yang terlalu panjang untuk ditulis di sini. Akhirnya, saya pindah juga.
Terlepas dari mitos - mitos yang berseliweran beberapa hari yang lalu, saya senang karena alam memberikan sinkronisasinya. Today is March 13. Tiga belas. Angka yang dianggap orang - orang sebagai angka sial, tapi tidak bagi saya. Ah sudahlah, ini menjadi keberuntungan kecil bagi saya.
Beberapa menit sebelum meninggalkan meja kerja, semua memori selama 6 tahun menguar. Bermunculan seperti bintik - bintik alergi. Saya masih ingat pertama kali masuk ke kantor ini. No hard feeling dan merasa salah jalur. Saya masih ingat bahwa butuh adaptasi bertahun - tahun untuk bisa pup dengan rileks di kantor (it was really hard to do). Pergantian karyawan yang penuh drama. Kasus pencurian kantor selama 2 x yang membuat saya sempat menjadi no maden karena parno. Many things.
"Sudah siap pindah?" Pertanyaan bos membuyarkan lamunan saya pagi ini. Saya hanya menatap beliau. Bingung.
Entah kenapa, saya...ishhh...oke, saya merindukan kehadiran sahabat saya. Insiden pindah kerja ini mengusik sisi melankolis saya. Banyak hal yang mau saya bagi bersamanya. Hanya saja, saya sadar bahwa persahabatan kami juga mengalami titik perpindahan. Ya, di bulan yang sama, saya mendapat kabar bahwa dia akan memulai 'level kehidupan yang baru'. Sounds like weird momment.
Setelah menimang - nimang ponsel beberapa lama, jari - jari bergerak dan mengalir. Mengirimkan sebuah surel untuk sahabat saya. 'Ah, apa kabarmu di luar sana'.
"Andaikan kita harus pergi karena orang tak senang, kita pergi dengan kebenaran.
Doakan saya, semoga pilihan saya untuk pindah adalah keputusan yg benar dan tepat. Doakan saya, semoga dengan adanya orang2 yg tidak senang dengan saya, tidak mempengaruhi kinerja saya.
FYI, I already move since today :)"
Send. Saya mematikan ponsel. Tidak terlalu berharap dia akan membalasnya seketika. It's already 10.12 pm.
Hari ini saya memilih untuk mengalir. Biarlah aliran ini membawa saya kepada muara rencanaNYA.
Readers, kabar baiknya, Anda tidak perlu menjadi ikan mati untuk mengikuti arus :)
@Cezza13