Perpisahan.
Seringkali satu kata itu menjadi momok dalam diri setiap manusia. Begitu juga dengan saya. Beberapa tahun silam, saya akhirnya menemukan seseorang yang bisa menjadi pasangan seperjalanan. Tentunya, banyak mimpi, rancangan, dan cerita yang kami buat. Tidak ketinggalan drama, action, comedy maupun horor. Saat ini, semua atribut tersebut menjadi menggelikan bila saya mengingatnya. Kesan yang bisa saya ungkapkan :
We were too young to take a risk.
We were too innocent to understood.
We were too small to understand how widespread the world.
Hingga pada akhirnya kami sepakat untuk melanjutkan perjalanan sendiri - sendiri. Bukan karena kami tidak mau bertahan. Saya yakin, manusia yang lain pun akan berjuang untuk tetap bertahan. Namun pada kenyataannya, setiap hal memiliki kadaluwarsa. Hal yang tidak dapat kita tolak, seperti halnya kelahiran, kematian, pertemuan demikian pula perpisahan.
Bukan hal yang mudah bagi saya. Tentunya, selama proses tersebut saya berontak, marah, mencari kambing hitam, tidak terkontrol dan sebagainya. Saya berubah menjadi pribadi yang introvert, pendiam, dan 'timpang'. Untuk mencapai kesadaran, bahwa semua merupakan bagian dari aliran kehidupan, saya bermeditasi dan mendatangi tempat - tempat ibadat atau saya sebut dengan istilah 'knoc knock in on heaven's door'. Mungkin beginilah salah satu cara Tuhan untuk membuat manusia bertumbuh.
Kami pun sama - sama bertumbuh. Kedewasaan kami untuk saling menerima dan membebaskan satu sama lain membentuk satu wadah baru. Banyak yang masih mendoakan agar kami bisa kembali dalam wadah sebelumnya. Tidak sedikit yang menyangsikan wadah baru kami sebagai sahabat. But it's not their business anymore.
Suatu hari saya menerima telepon yang memuat satu permintaan dari seseorang :
"Why you can't be with him?" Sebuah suara perempuan dengan nada setengah kesal dan tangis tertahan bertanya kepada saya.
"Ask to God." Saya menjawab dengan tenang.
"Why you can't be with him?" Sebuah suara kembali menyerukan pertanyaan yang sama.
"Our predestination, maybe." Jawaban saya mulai mengambang.
"Why you can't be with him? I want you to be with him!" Sebuah tangis pecah dengan halusnya. Saya tidak lagi mendengar tangisan dari mulut, tapi dari hati seseorang tersebut. Saya diam. Bukan kapasitas saya untuk menentukan jalan hidup orang, bahkan jalan hidup saya sendiri. Seringkali rencana saya tidak sejalan dengan rencana-NYA.
Bagi saya, perpisahan yang dulu kami ambil adalah jalan untuk membahagiakan orang - orang di sekeliling kami. Hubungan pacaran ataupun pernikahan seyogianya bisa menjadi hubungan dua kehidupan. Tidak sebatas dua manusia. Kebahagiaan kami tidak akan bisa mencapai klimaks jika memaksakan ego untuk tetap bersatu.
Dan saya bukan penganut aliran 'saya cinta kamu. kamu cinta saya. ignore yang lainnya'.
Jika Anda mencintai seseorang, apakah bisa Anda merusak hubungannya dengan orang yang melahirkannya?
Jika Anda mencintai seseorang, apakah sanggup Anda melihatnya dikucilkan dari keluarga demi bersama Anda?
Jika Anda mencintai seseorang, apakah wajar jika Anda memintanya untuk tetap tinggal hanya demi keutuhan Anda pribadi?
Jika tiga pertanyaan di atas Anda jawab dengan kata "ya", mungkin kita memiliki definisi cinta yang berbeda. Saya membaca definisi di 1 Korintus 13 : 4 - 7 sebagai berikut :
(4) Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
(5) Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
(6) Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
(7) Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
Jadi, alasan perpisahan seringkali bukan karena saya atau Anda tidak dapat mencintai orang tersebut lagi. Juga bukan karena Anda gagal dalam mencintai. Namun karena saya atau Anda memiliki cinta yang lebih besar dari ego pribadi, hingga memampukan diri untuk mencintai seluruh dunianya, bukan merusaknya.
Dear Reader, apa definisi cinta bagi Anda?
@Cezza13