17 September 2013
Dear Rex,
Where are you?
How are you?
It’s surprise for you.
Hope you always fine in there.
Anonymous
Aku gamang menunggu jarum jam menunjuk tepat pukul 00.00. Ada perasaan gusar yang tidak bisa dijelaskan. Tidak ada kado yang terbungkus rapi di kamar ini atau dimana pun. Tidak ada ucapan yang aku persiapkan 7 halaman panjangnya. Aku hanya memandangi pergantian waktu di Candy Crush, seolah – olah countdown untuk harimu.
Aku menutup buku harianku. Memasukannya di tumpukan baju. Ritualku untuk hari spesial adalah menunggu pergantian hari dengan menulis satu catatan. Entah dengan tujuan apa. Mungkin mengisi lembar – lembar memori sebagai reminder ketika kita tua nanti. Kado, surprise atau hadiah, apalah namanya, menjadi pelengkap di setiap perayaan hari lahir. Birthday Addicted. Satu label yang terlihat aneh bagimu.
“Seumur hidup, aku belum pernah merayakan ulang tahun.” Katamu suatu waktu.
Aku mengernyitkan dahi. Kamu hidup di planet mana? Aku bahkan rela menahan kantuk demi melihat jarum panjang mendarat tepat di angka 12. Seperti halnya Cinderella yang was – was berubah menjadi upik abu.
Beberapa hari yang lalu, aku memutuskan memberimu sesuatu. Mengingat banyak orang mulai merindukan jati dirimu.
“Rex hilang.” Kata mereka. Sempat aku ingin membuat flyer berupa pengumuman orang hilang.
TELAH HILANG
Seorang laki – laki berumur 28 tahun kurang sehari dengan ciri – ciri : tinggi seperti pohon kelapa, kulit kecoklatan seperti madu Sumbawa, rambut gondrong acak – acakan. Nama Rex, nama lengkap Tirex Boediman.
Kata mereka, bukan hilang seperti itu yang dimaksud. Aku sendiri enggan bertanya lebih lanjut.
“Rex berubah.” Ada lagi keluhan yang berkata demikian. Aku membayangkan kamu berubah menjadi monster pemakan nyamuk. Berkeliaran dari rumah ke rumah. Membuat para cicak menjadi gundah.
Aku sebenarnya tidak begitu tahu apa yang mereka maksud dengan kehilangan Rex. Aku juga tidak yakin dalam wadak seperti apa bentuk kerinduan mereka. Apapun itu, harapanku, dengan kado kecil ini bisa menyeretmu kembali ke titik awal. Aku percaya, setiap manusia diberikan titik pemberhentian. Sebuah poros yang tidak akan berubah oleh momentum apapun. Poros yang bisa dijadikan tempat rehat ketika kita merasa dunia menjadi absurd. Aku punya. Begitu juga kamu.
Keyakinan ini membuatku berjuang demi mendapatkan 1 kotak CD berlabel One Day Remains. Album pertama Alter Bridge. Album yang berumur 9 tahun dan pasti kamu belum punya. Kamu tidak perlu tahu siapa pengirimnya. Aku tidak berniat jadi pahlawan atau penjahat. Cukup anonim yang bisa dipersalahkan atas efek yang akan terjadi setelah kamu menerimanya. Bukan pengecut, hanya saja aku diharuskan menghormati batas territorial. Batas yang terbangun dengan sendirinya. Aku bukan siapa – siapa.
Semesta berkehendak lain. Sampai hari ini One Day Remains belum ada di tanganku, sementara 1 jam lagi perayaan hari lahirmu dimulai. Malah, bisa jadi aku kena tipu karena melakukan transaksi online tanpa pikir panjang. Berulang kali aku mencoba menghubungi pemilik CD Alter Bridge tapi selalu gagal. Mungkin saat ini, orang tersebut sudah menjejakkan kaki di tanah Papua. Mungkin semesta menelan habis sinyalnya. Mungkin aku memang bukan siapa – siapa yang tidak berhak melakukan apa – apa. Atau CD Alter Bridge ini bukan lagi menjadi porosmu? One Day Remains but the time has been washing your brain. Menurutmu?
Aku bimbang. Ini tahun pertama kita tidak bisa merayakan ulang tahunmu. Mungkin sudah waktunya. Mungkin kata kita melebur dalam angka. Delapan belas nol Sembilan dua ribu tiga belas. Aku mengeja. Rasanya aku ingin mengirimimu pesan darurat : tunggu aku, jangan beranjak dulu dari umurmu. Termangu aku memandangi 12 digit nomor yang tersimpan di ponsel bulukku. Meminta koneksi dari semesta. Satu benang merah saja dan pesan ini sampai padanya. Sia – sia. Semesta bungkam. Aku memasukkan ponsel ke dalam toples makanan. Biar saja, biar dia tidak bertanya kenapa khusus tahun ini aku tidak menggunakannya sebagai media untuk menyampaikan ucapan selamat ulang tahun.
Semoga, suatu saat pesan ini bisa sampai tanpa bisa aku bayangkan bagaimana caranya.
18 September 2013
Pukul 00.43
Rex, sudah berapa banyak ucapan yang kamu dapat? Berapa banyak doa yang mengangkasa ke surga? Aku malah belum sempat “berbincang” dengan Bapa untukmu. Boleh ditunda? Perjalanan lintas batinku sedang mengalami kendala.
Aku menutup laptop dan mematikan lampu. Aku nyaman bersembunyi dalam gelap. Seolah pikiranku bisa melayang ke segala arah. Siapa tahu, salah satu arah menuju ke otakmu, sehingga koneksi kembali menyatu. Sebentar saja, Rex, aku tidak ingin meminta banyak waktu.
Pukul 05.45
Happy birthday
Aku berdesis sambil mengerjapkan mata. Hanya ulang tahunmu yang bisa aku ingat.
Pukul 08.48
Open Your Eyes sudah pagi :)
Tes koneksi lagi, sukses?
Pukul 16.29
CDnya belum sampai juga. I’m down to my last (kata Miles Kennedy).
Jam - jam berikutnya aku disibukkan dengan hobi baru : menerjemahkan judul – judul lagu Alter Bridge ke dalam bahasa daerah.
Pukul 23.53
"... Aku tidak tahu kemalangan jenis apa yang menimpa kamu, tapi aku ingin percaya ada insiden yang cukup dahsyat di dunia serba selular ini hingga kamu tidak bisa menghubungiku. Mungkinkah matahari lupa ingatan, lalu keasyikan terbenam atau terlambat terbit? Bahkan kiamat pun hanya berbicara soal arah yang terbalik, bukan soal perubahan jadwal."
Semoga kamu tidak merasa seperti Dee dalam salah satu chapter bukunya, dengan banyaknya hal – hal baru yang menyibukkan ingatanmu. Aku sedang berusaha tetap ‘merayakan’.
Jangan berjalan, Waktu. Ada "Selamat ulang tahun" yang harus tiba tepat waktunya (kata seorang penulis)
Trial and error.
Trial and error.
Trial and error.
The most great idea always comes late. My project birthday definitely failed.
For the last, aku mencoba koneksi sekali lagi :
Happy birthday. Did you get the wonderful life today? May GOD bless you in there.
Kamu mendengarnya?
*Dedicated for Rex who will follow his predestination
Somewhere, September 18th 2013
@Cezza13
Dear Rex,
Where are you?
How are you?
It’s surprise for you.
Hope you always fine in there.
Anonymous
Aku gamang menunggu jarum jam menunjuk tepat pukul 00.00. Ada perasaan gusar yang tidak bisa dijelaskan. Tidak ada kado yang terbungkus rapi di kamar ini atau dimana pun. Tidak ada ucapan yang aku persiapkan 7 halaman panjangnya. Aku hanya memandangi pergantian waktu di Candy Crush, seolah – olah countdown untuk harimu.
Aku menutup buku harianku. Memasukannya di tumpukan baju. Ritualku untuk hari spesial adalah menunggu pergantian hari dengan menulis satu catatan. Entah dengan tujuan apa. Mungkin mengisi lembar – lembar memori sebagai reminder ketika kita tua nanti. Kado, surprise atau hadiah, apalah namanya, menjadi pelengkap di setiap perayaan hari lahir. Birthday Addicted. Satu label yang terlihat aneh bagimu.
“Seumur hidup, aku belum pernah merayakan ulang tahun.” Katamu suatu waktu.
Aku mengernyitkan dahi. Kamu hidup di planet mana? Aku bahkan rela menahan kantuk demi melihat jarum panjang mendarat tepat di angka 12. Seperti halnya Cinderella yang was – was berubah menjadi upik abu.
Beberapa hari yang lalu, aku memutuskan memberimu sesuatu. Mengingat banyak orang mulai merindukan jati dirimu.
“Rex hilang.” Kata mereka. Sempat aku ingin membuat flyer berupa pengumuman orang hilang.
TELAH HILANG
Seorang laki – laki berumur 28 tahun kurang sehari dengan ciri – ciri : tinggi seperti pohon kelapa, kulit kecoklatan seperti madu Sumbawa, rambut gondrong acak – acakan. Nama Rex, nama lengkap Tirex Boediman.
Kata mereka, bukan hilang seperti itu yang dimaksud. Aku sendiri enggan bertanya lebih lanjut.
“Rex berubah.” Ada lagi keluhan yang berkata demikian. Aku membayangkan kamu berubah menjadi monster pemakan nyamuk. Berkeliaran dari rumah ke rumah. Membuat para cicak menjadi gundah.
Aku sebenarnya tidak begitu tahu apa yang mereka maksud dengan kehilangan Rex. Aku juga tidak yakin dalam wadak seperti apa bentuk kerinduan mereka. Apapun itu, harapanku, dengan kado kecil ini bisa menyeretmu kembali ke titik awal. Aku percaya, setiap manusia diberikan titik pemberhentian. Sebuah poros yang tidak akan berubah oleh momentum apapun. Poros yang bisa dijadikan tempat rehat ketika kita merasa dunia menjadi absurd. Aku punya. Begitu juga kamu.
Keyakinan ini membuatku berjuang demi mendapatkan 1 kotak CD berlabel One Day Remains. Album pertama Alter Bridge. Album yang berumur 9 tahun dan pasti kamu belum punya. Kamu tidak perlu tahu siapa pengirimnya. Aku tidak berniat jadi pahlawan atau penjahat. Cukup anonim yang bisa dipersalahkan atas efek yang akan terjadi setelah kamu menerimanya. Bukan pengecut, hanya saja aku diharuskan menghormati batas territorial. Batas yang terbangun dengan sendirinya. Aku bukan siapa – siapa.
Semesta berkehendak lain. Sampai hari ini One Day Remains belum ada di tanganku, sementara 1 jam lagi perayaan hari lahirmu dimulai. Malah, bisa jadi aku kena tipu karena melakukan transaksi online tanpa pikir panjang. Berulang kali aku mencoba menghubungi pemilik CD Alter Bridge tapi selalu gagal. Mungkin saat ini, orang tersebut sudah menjejakkan kaki di tanah Papua. Mungkin semesta menelan habis sinyalnya. Mungkin aku memang bukan siapa – siapa yang tidak berhak melakukan apa – apa. Atau CD Alter Bridge ini bukan lagi menjadi porosmu? One Day Remains but the time has been washing your brain. Menurutmu?
Aku bimbang. Ini tahun pertama kita tidak bisa merayakan ulang tahunmu. Mungkin sudah waktunya. Mungkin kata kita melebur dalam angka. Delapan belas nol Sembilan dua ribu tiga belas. Aku mengeja. Rasanya aku ingin mengirimimu pesan darurat : tunggu aku, jangan beranjak dulu dari umurmu. Termangu aku memandangi 12 digit nomor yang tersimpan di ponsel bulukku. Meminta koneksi dari semesta. Satu benang merah saja dan pesan ini sampai padanya. Sia – sia. Semesta bungkam. Aku memasukkan ponsel ke dalam toples makanan. Biar saja, biar dia tidak bertanya kenapa khusus tahun ini aku tidak menggunakannya sebagai media untuk menyampaikan ucapan selamat ulang tahun.
Semoga, suatu saat pesan ini bisa sampai tanpa bisa aku bayangkan bagaimana caranya.
18 September 2013
Pukul 00.43
Rex, sudah berapa banyak ucapan yang kamu dapat? Berapa banyak doa yang mengangkasa ke surga? Aku malah belum sempat “berbincang” dengan Bapa untukmu. Boleh ditunda? Perjalanan lintas batinku sedang mengalami kendala.
Aku menutup laptop dan mematikan lampu. Aku nyaman bersembunyi dalam gelap. Seolah pikiranku bisa melayang ke segala arah. Siapa tahu, salah satu arah menuju ke otakmu, sehingga koneksi kembali menyatu. Sebentar saja, Rex, aku tidak ingin meminta banyak waktu.
Pukul 05.45
Happy birthday
Aku berdesis sambil mengerjapkan mata. Hanya ulang tahunmu yang bisa aku ingat.
Pukul 08.48
Open Your Eyes sudah pagi :)
Tes koneksi lagi, sukses?
Pukul 16.29
CDnya belum sampai juga. I’m down to my last (kata Miles Kennedy).
Jam - jam berikutnya aku disibukkan dengan hobi baru : menerjemahkan judul – judul lagu Alter Bridge ke dalam bahasa daerah.
Pukul 23.53
"... Aku tidak tahu kemalangan jenis apa yang menimpa kamu, tapi aku ingin percaya ada insiden yang cukup dahsyat di dunia serba selular ini hingga kamu tidak bisa menghubungiku. Mungkinkah matahari lupa ingatan, lalu keasyikan terbenam atau terlambat terbit? Bahkan kiamat pun hanya berbicara soal arah yang terbalik, bukan soal perubahan jadwal."
Semoga kamu tidak merasa seperti Dee dalam salah satu chapter bukunya, dengan banyaknya hal – hal baru yang menyibukkan ingatanmu. Aku sedang berusaha tetap ‘merayakan’.
Jangan berjalan, Waktu. Ada "Selamat ulang tahun" yang harus tiba tepat waktunya (kata seorang penulis)
Trial and error.
Trial and error.
Trial and error.
The most great idea always comes late. My project birthday definitely failed.
For the last, aku mencoba koneksi sekali lagi :
Happy birthday. Did you get the wonderful life today? May GOD bless you in there.
Kamu mendengarnya?
*Dedicated for Rex who will follow his predestination
Somewhere, September 18th 2013
@Cezza13